Jumat, 26 September 2008

Subuh itu, yang kukira Malaikat sudah siap menjemputku.


Malam ini adalah hari yang begitu melelahkan, dengan alasan kewajibanku kurang memenuhi. saat editorku merangkul semua untuk beramai-ramai meliput tempat jajanan tradisional yang mungkin sudah dilupakan oleh kalangan-kalangan muda atau mudi di jaman modernisasi sekarang. kami bersenang-senang disana menikmati jajanan tersebut, setelah mengambil foto secara detail, karena dikejar oleh waktu yang berputar semakin cepat. kami bergegas untuk segera pulang ke kantor, mengamankan segala peralatan yang sudah kami gunakan pada saat itu. perjalanan makin melelahkan saja, tapi kami memaksakan. di perjalanan yang begitu hening tanpa ocehan-ocehan, kami sengaja meracau saling mengejek satu sama lain yang lebih berkesan candaan dan bukan hinaan. kira-kira 100 meter sampai pada tujuan, saat itu suara Adzan awal dikumandangkan di sebuah tempat ibadah yang terlihat megah itu. entah sebabnya saat itu jam menunjukan pukul 04.28 subuh, saat mobil yang kami tumpangi itu berbelok ke kanan dan tiba-tiba sebuah motor tanpa lampu dan berlagak pahlawan ala gengster-gengster yang sedang marak-maraknya disorot oleh para patriot negara itu menyerempet samping kanan mobil. saat itu Gess, seorang kawan yang duduk di tempat kemudi itu terpaksa membanting stir mobil ke kiri, tapi apa daya. sebuah trotoar besar pembatas jalan itu tertabrak dan akhirnya mobil itu terguling-guling tak terkendali. saat itu saya sendiri duduk disebelah kemudi. tak terpikir apapun, hanya mengucapkan taubat pada sang pencipta saat itu, seraya wajah almarhum bundaku tiba-tiba terngiang dalam telingaku. tak terdengar suara teriakan dari kawanku dibelakang kursiku saat itu. suara klakson yang terus tertekan memekakan telingaku dan membuat semua orang menjadi panik. kawanku berteriak "jangan panik! matikan mobil". dalam keadaan mobil seperti itu pasti yang terlintas adalah kami semua akan menghadap sang pencipta saat itu juga, dan mungkin Djibril sudah bersiap mengepakan sayap indahnya untuk menjemput kami semua saat itu. sempat terbayang jika saat terguling lalu mobil itu meledak hingga rancu bentuknya. aku bergegas keluar dan berlari, berlari mencari ketenangan dengan sebotol air mineral yang kubeli saat itu, tak ingat berapa uang yang kukeluarkan. meski uang yang berada dalam saku celanaku itu hanya berlaku untuk biaya operasional liputan esok, tapi tak kuperdulikan. sempat lupa dimana uang itu kutaruh, lebih terpikir nyawaku yang lebih berharga dari uang dengan nilai berapapun. setelah kejadian itu, kami meracau canda. lalu merenung sedih kenapa kejadian ini harus terjadi.

Setelah kejadian ini, sebenarnya aku bahagia. hingga terfikir ajalku mungkin sudah hampir tiba, tak kusesali. tapi aku tetap menanti, mungkin tidak dengan kejadian seperti ini yang bisa menewaskanku yang secara tak layak untuk dilihat. melainkan lahirnya beberapa versi cerita yang dijadikan kontroversi yang berargumen berlabel pembenaran.

thanks Lord, i'm alive!

August, 24th @ 05.47 AM

Tidak ada komentar: