Jumat, 14 November 2008

diantara nazar Tuhan, keputusasaan & ketiadaan.

Serupa nazar Tuhan, jika harus meninggikan-Nya adalah keselamatan membentang luas tak bertepi. Serupa nazar yang membuahkan keputusasaan berlebih yang tak henti menari menertawai diatas janji-janji yang tak terpenuhi.

Jika harus terus mengeluh merupakan indikasi kebiasaan, maka keputusasaan mulai merambah arti kebahagiaan, tanpa pengecualian.
Mati? Hidup? Adalah sintesis kehampaan, mengingat dosa-dosa yang telah diperbuat adalah kenestapaan. Meraih pahala melalui ibadah adalah kamuflase kehidupan! Yang secara singkron butakan indera-indera penglihatan tanpa harus terus mendambakan kehidupan dalam ranah semesta tak nyata, Arasy, Padang Mah'syar, Akhirat..

Dan kebahagiaan tertunda hingga terus tertunda tanpa merasakan bahagiaanya jikalau bisa merasakan kebahagiaan masa hidup diantara
siang, malam, sore, dan subuh hari.. Hingga sinar matahari mulai berpaling untuk menerangi, gelap gulita malam tanpa ada lagi Khusuf yang indah, senja hari tanpa adanya lagi tanda-tanda terbenamnya matahari dikala indahnya, deru-deru angin menari temani derai-derai hujan yang dingin, dan hangat..

Hingga semesta timbulkan kesan mimik suasana naik pitam, menahan amarah terhadap orang-orang hina sekalipun terhina, dengan indikasi yang sederhana adalah diriku pribadi saja. Enggan peduli hingga sedetik pun, ketika mereka mencerca, mengutuk, bahkan menertawai.

Ia, yang memiliki segalanya, dan kuakui akulah kekurangan sepenuhnya. Hidup pun sederhana, kebahagiaan tak ada, kasih sayang yang tak pernah kunjung datang.

..I don't really give a thought to feel this cursed, just tryin' to create another poem for having some comfortable, without.. God helps..

Life? Death? Is an another reason who can make it i'm on over-Desperately.

Tidak ada komentar: